ecuali robot, hampir setiap karyawan pernah punya masalah jenuh bekerja.
Tak peduli bos maupun karyawan biasa. Jika Anda termasuk salah satunya,
don wori, bi api.
Anda bisa menyelesaikan masalah itu asal mau melakukan sesuatu yang tak
bisa dilakukan robot: mengubah pola pikir!
Kujemu dengan hidupku ... Kerja keras bagai kuda, dicambuk dan didera ...
Ulung dan Yuni, sepasang sohib karib yang bekerja di sebuah industri
kimia, suka menyanyikan lagu Koes Plus ini bareng-bareng di tahun 2001.
Waktu itu mereka sama-sama jenuh setelah bekerja selama dua tahun.
Keduanya jemu dengan hidup mereka yang tak beranjak dari mes ke pabrik.
Berangkat kerja saat Matahari baru terbit, lalu seharian berurusan dengan
mesin dan bahan-nahan kimia. Pulang kerja menjelang Matahari terbenam,
masuk mes, nonton teve, tidur. Esoknya bangun, kerja lagi, dan begitu
seterusnya siklus hidup mereka.
Di akhir tahun, Ulung mengundurkan diri karena merasa tak sanggup lagi
bertahan. Sementara sahabat karibnya memilih tetap di tempat. Tiga bulan
setelah keluar, Ulung mengirim pesan pendek kepada sohib-nya,
"Secapek-capeknya kerja di pabrik, masih lebih enak daripada jadi
pengangguran."
Sementara itu Yuni mengubah irama hidupnya. Ia minta kepada bosnya untuk
pindah ke posisi baru di level yang sama. Tiap minggu, ia kursus bahasa
Inggris. Ia juga banyak membaca buku psikologi pengembangan diri sampai
buku-buku keagamaan.
Dua tahun kemudian mereka bertemu lagi. Ulung bekerja di pabrik lain
dengan pola pikir lama. Sementara Yuni telah banyak berubah. Dua bulan
sebelumnya, ia dinobatkan sebagai karyawan terbaik, diangkat menjadi
manajer, mendapat banyak fasilitas jabatan bahkan sudah punya rumah dan
... pacar baru!
Jangan diam di tempat
Masalah jenuh bekerja bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja. "Itu
manusiawi. Saya pun pernah mengalaminya," kata Sylvina Savitri, psikolog
pada lembaga konsultasi SDM Experd. Meski wajar, bukan berarti kita punya
alasan untuk membiarlan masalah ini. Jika dibiarkan berlarut, problem ini
bisa menimbulkan masalah baru yang lebih serius: prestasi kerja buruk,
mendapat surat peringatan, bahkan hingga didepak dari pekerjaan.
Rasa jenuh muncul salah satu penyebab utamanya karena kondisi kerja yang
monoton sepanjang waktu. Secara mental, manusia terus berkembang, tak
peduli berapa pun usianya. Di setiap tahap perkembangan itu, ia butuh
stimulasi. Jenuh itu pertanda orang memerlukan stimulasi baru.
Pada masa kanak-kanak, stimulasi bisa berupa boneka atau mainan lain. Pada
orang dewasa, stimulasinya berupa tantangan kerja atau pengetahuan baru.
Ambang batas kejenuhan bisa berbeda-beda antarindividu. Orang-orang tipe
tertentu cepat jenuh dengan sesuatu yang monoton dalam hitungan bulan.
Sementara orang lain bisa bertahan dalam hitungan tahun. Ini serupa dengan
anak-anak tertentu yang cepat bosan dengan mainan lama.
Jika fase bermain sudah lewat, seorang anak tak lagi tertarik dengan
Teletubbies atau mobil mobilan. Begitu pula orang dewasa. Jika setiap hari
harus berhadapan dengan "mainan" yang sama dan situasi yang monoton, ia
gampang merasa jemu. Apalagi jika ia telah melakukannya selama
bertahun-tahun.
Agar tak mengalami kejenuhan, Anda harus menerima tantangan kerja baru
atau hal-hal baru lainnya. Ini salah satu kebutuhan dasar setiap orang,
karena otak kita tidak dirancang untuk mandek di satu tempat, melainkan
terus-menerus belajar tentang hal-hal baru.
Idealnya, setiap orang bekerja di tempat yang memungkinkan ia bisa terus
bertemu dan belajar hal baru. Dengan adanya variasi, otak akan
terus-menerus terstimulasi sehingga tak gampang jenuh. Lebih ideal lagi
jika setiap orang bekerja di bidang yang memang sesuai dengan karakter,
minat, dan bakatnya. Jika senang bicara dan bergaul, sebaiknya Anda
bekerja di bidang yang memungkinkan banyak bertemu orang lain.
Namun dalam kenyataan, kondisi ideal ini sulit dicapai. Banyak orang
bertipe ekstrover (antara lain suka bergaul) memperoleh pekerjaan yang
mengharuskannya berkutat sepanjang hari dengan mesin-mesin industri. Jika
tak pinter-pinter menyiasati, ia gampang dihinggapi rasa jemu.
Untuk mengakalinya, "Orang seperti itu harus pandai-pandai mencari hal
baru di luar pekerjaannya. Kalau libur Sabtu - Minggu, jangan diam di
rumah aja," saran Sylvina. Jadi, harus ada keseimbangan antara urusan
kerja dan aktivitas di luar kerja.
Secara psikologis, masa libur bisa menjadi penyeimbang atas rutinitas
monoton di kantor. Bentuk kegiatan pengisi liburan boleh berupa apa saja
sesuai hobi: olahraga, menonton film, rekreasi, kegiatan sosial,
memancing, atau bahkan sekadar jalan-jalan ke mal. Jika kejenuhan sudah
sampai tahap kritis, ia bisa mengambil cuti selama beberapa hari untuk
berlibur. Saat berlibur, pikiran tentang urusan kerja harus disimpan di
laci.
Menurut Sylvina, jika masa liburan tidak dimanfaatkan untuk kegiatan di
luar urusan kerja, kejenuhan pada minggu sebelumnya bisa terakumulasi pada
minggu berikutnya. Saat Senin tiba, ia malah akan lebih merasa berat
berangkat ke kantor. "I hate Monday!" kata orang Inggris.
Pola pikir baru
Untuk mengubahnya menjadi "I like Monday!", banyak yang bisa Anda tempuh.
Jika memungkinkan, Anda bisa tegas minta tantangan dan tugas baru kepada
bos. Jika hal ini sulit dilakukan, setidaknya Anda bisa menciptakan
suasana baru di tempat kerja. Bentuknya bisa bermacam-macam mulai dari
yang paling sederhana sampai yang sangat ekstrem.
Yang sederhana misalnya mengubah tata letak komputer dan meja kerja, rak
buku, pot tanaman, foto pajangan, hingga wallpaper di monitor komputer.
Jika perlu, ubah-ubah potongan rambut atau penampilan dan gaya Anda
berpakaian. Meski tampak sepele, perubahan-perubahan kecil ini akan
mempengaruhi mood. "Segala hal sebetulnya berpengaruh terhadap kita. Meja
teman kita pun berpengaruh," tandas Sylvina.
Supaya efek perubahan itu nyata, Anda per1u mengimbanginya dengan
perubahan bahasa tubuh. Dalam tinjauan psikologi, bahasa tubuh dan suasana
hati saling mempengaruhi. Seorang karyawan yang sedang jenuh bekerja
biasanya cenderung duduk tidak tegap dengan posisi tulang belakang
bengkok, air muka tak bersemangat, dan tampak lemas.
Hubungan itu bersifat timbal balik. Di dalam bahasa tubuh yang sehat,
terdapat pikiran yang sehat. Artinya, Anda bisa mengubah suasana hati
dengan cara mengubah bahasa tubuh. "Kalau mood kita sedang enggak enak,
senyum aja ke orang lain," kata Sylvina memberi contoh. Secara langsung
ini akan mempengaruhi suasana hati Anda ke arah yang lebih positif.
Jika posisi duduk sudah mulai doyong, itu pertanda Anda harus menegakkan
kembali tulang punggung. Selanjutnya, berusahalah menyelesaikan pekerjaan
sebaik mungkin. Jika hasil kerja buruk, Anda tak beroleh kepuasan kerja
dan makin terbebani dengan tugas kantor. Itu berarti Anda lebih rentan
mengalami kebosanan kerja.
Setelah mengubah penampilan luar, langkah berikutnya mengubah "penampilan"
dalam, yaitu pola pikir seperti yang dilakukan Yuni. Faktor kognitif ini
tak kalah penting dibandingkan dengan perubahan tampilan fisik.
Jika berpikir negatif dan beranggapan bahwa pekerjaan Anda membosankan,
maka Anda pun akan gampang bosan sungguhan. Sebaliknya, jika berpikir
bahwa pekerjaan Anda menyenangkan, maka Anda akan betul-betul menikmati
pekerjaan itu. Meskipun mungkin sulit, secara bertahap Anda bisa belajar
mencintai pekerjaan. Anda bisa mulai dengan cara mencari sisi-sisi positif
dan
pekerjaan.
Seorang akuntan yang pekerjaannya monoton dan tiap hari berurusan dengan
angka-angka pun bisa menemukan banyak sisi positif. Misalnya, dengan
pekerjaannya itu, ia bisa menyelamatkan uang perusahaan atau bahkan uang
negara. Semua pekerjaan punya sisi positif, bahkan termasuk satpam atau
buruh pabrik sekalipun. Dengan bekerja, paling tidak kita bisa berguna
bagi diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Dengan bekerja, kita bisa
berkarya, sekecjl apa pun.
jika pola pikir sudah diubah, bahasa tubuh pun otomatis akan mengikuti.
Sehingga, ketika Anda duduk tegak dan tersenyum kepada rekan kerja atau
bos, bahasa tubuh dan senyuman Anda memang benar-benar keluar dari hati.
Bukan sekadar bermanis muka.
Ciptakan suasana nyaman
Secara alamiah manusia suka berada di dalam kondisi yang nyaman. Ia bosan
dengan sesuatu yang menyenangkan. Suasana nyaman bisa didapatkan dengan
menciptakan kondisi kerja yang gue banget.
Jika Anda suka musik, manfaatkan kegemaran ini. Musik, kata Sylvina, punya
pengaruh positif bagi penikmatnya terhadap ambang batas kejenuhan. Telinga
merupakan pintu masuk yang baik bagi rangsangan energi. Semangat Anda bisa
terus menyala jika mendengarkan "suara bergizi" yang bisa menjadi tonikum
penjaga stamina kerja.
Menurut Sylvina, orang-orang yang bekerja di tempat kedap suara memiliki
ambang batas jenuh yang lebih rendah. Artinya, mereka lebih gampang lelah
dan bosan dengan kerja. "Kalau ada bos atau sekretaris yang minta ruangan
kedap suara, itu keliru. Suasana seperti itu malah bikin cepet capek,"
katanya.
Jika Anda penggemar musik klasik, Anda beruntung. Musik klasik terbukti
menunjukkan pengaruh paling bagus terhadap kesiagaan pikiran di antara
jenis-jenis musik lainnya. Kalaupun bukan penggemar musik klasik, Anda
tetap beruntung sebab "suara bergizi" bisa juga berasal dari musik jenis
lain. Untuk melihat jenis musik yang paling nyaman buat Anda, tentu tak
ada yang lebih tahu kecuali Anda sendiri.
"Suara bergizi" bukan cuma musik, tetapi juga humor atau obrolan ringan
rekan kerja di meja sebelah. Jika Anda bukan pencipta humor yang baik,
paling tidak carilah kawan yang humoris. Lebih bagus lagi, jika dia juga
bisa menjadi tempat curhat sekaligus tempat belajar. Apalagi jika dia mau
menjadi pacar. Amboi! Anda dijamin tak bakal jenuh bekerja.
Selain cara-cara di atas, Anda pun bisa mengatasi kejenuhan kerja dengan
cara belajar dari rekan sekantor yang semangat kerjanya tak pernah kendur.
Aturannya sederhana dan klise: kalau teman Anda bisa, Anda pun bisa.
Saran terakhir, jaga kesehatan. Ini bukan iklan suplemen multivitamin.
Kesehatan tubuh adalah salah satu faktor yang menentukan ambang batas
kejenuhan kerja. Mereka yang stamina fisiknya kuat punya risiko lebih
kecil terhadap kejenuhan. Dalam kaitan inilah, olahraga punya dua fungsi:
rekreasi sekaligus penyehat badan.
Pendek kata, ada banyak hal yang bisa membuat kita jenuh bekerja, tapi ada
lebih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya. Jadilah Yuni
dan jangan contoh Ulung yang tidak sehebat namanya! *
Sumber: KCM - Selasa, 13 Desember 2005
Tak peduli bos maupun karyawan biasa. Jika Anda termasuk salah satunya,
don wori, bi api.
Anda bisa menyelesaikan masalah itu asal mau melakukan sesuatu yang tak
bisa dilakukan robot: mengubah pola pikir!
Kujemu dengan hidupku ... Kerja keras bagai kuda, dicambuk dan didera ...
Ulung dan Yuni, sepasang sohib karib yang bekerja di sebuah industri
kimia, suka menyanyikan lagu Koes Plus ini bareng-bareng di tahun 2001.
Waktu itu mereka sama-sama jenuh setelah bekerja selama dua tahun.
Keduanya jemu dengan hidup mereka yang tak beranjak dari mes ke pabrik.
Berangkat kerja saat Matahari baru terbit, lalu seharian berurusan dengan
mesin dan bahan-nahan kimia. Pulang kerja menjelang Matahari terbenam,
masuk mes, nonton teve, tidur. Esoknya bangun, kerja lagi, dan begitu
seterusnya siklus hidup mereka.
Di akhir tahun, Ulung mengundurkan diri karena merasa tak sanggup lagi
bertahan. Sementara sahabat karibnya memilih tetap di tempat. Tiga bulan
setelah keluar, Ulung mengirim pesan pendek kepada sohib-nya,
"Secapek-capeknya kerja di pabrik, masih lebih enak daripada jadi
pengangguran."
Sementara itu Yuni mengubah irama hidupnya. Ia minta kepada bosnya untuk
pindah ke posisi baru di level yang sama. Tiap minggu, ia kursus bahasa
Inggris. Ia juga banyak membaca buku psikologi pengembangan diri sampai
buku-buku keagamaan.
Dua tahun kemudian mereka bertemu lagi. Ulung bekerja di pabrik lain
dengan pola pikir lama. Sementara Yuni telah banyak berubah. Dua bulan
sebelumnya, ia dinobatkan sebagai karyawan terbaik, diangkat menjadi
manajer, mendapat banyak fasilitas jabatan bahkan sudah punya rumah dan
... pacar baru!
Jangan diam di tempat
Masalah jenuh bekerja bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja. "Itu
manusiawi. Saya pun pernah mengalaminya," kata Sylvina Savitri, psikolog
pada lembaga konsultasi SDM Experd. Meski wajar, bukan berarti kita punya
alasan untuk membiarlan masalah ini. Jika dibiarkan berlarut, problem ini
bisa menimbulkan masalah baru yang lebih serius: prestasi kerja buruk,
mendapat surat peringatan, bahkan hingga didepak dari pekerjaan.
Rasa jenuh muncul salah satu penyebab utamanya karena kondisi kerja yang
monoton sepanjang waktu. Secara mental, manusia terus berkembang, tak
peduli berapa pun usianya. Di setiap tahap perkembangan itu, ia butuh
stimulasi. Jenuh itu pertanda orang memerlukan stimulasi baru.
Pada masa kanak-kanak, stimulasi bisa berupa boneka atau mainan lain. Pada
orang dewasa, stimulasinya berupa tantangan kerja atau pengetahuan baru.
Ambang batas kejenuhan bisa berbeda-beda antarindividu. Orang-orang tipe
tertentu cepat jenuh dengan sesuatu yang monoton dalam hitungan bulan.
Sementara orang lain bisa bertahan dalam hitungan tahun. Ini serupa dengan
anak-anak tertentu yang cepat bosan dengan mainan lama.
Jika fase bermain sudah lewat, seorang anak tak lagi tertarik dengan
Teletubbies atau mobil mobilan. Begitu pula orang dewasa. Jika setiap hari
harus berhadapan dengan "mainan" yang sama dan situasi yang monoton, ia
gampang merasa jemu. Apalagi jika ia telah melakukannya selama
bertahun-tahun.
Agar tak mengalami kejenuhan, Anda harus menerima tantangan kerja baru
atau hal-hal baru lainnya. Ini salah satu kebutuhan dasar setiap orang,
karena otak kita tidak dirancang untuk mandek di satu tempat, melainkan
terus-menerus belajar tentang hal-hal baru.
Idealnya, setiap orang bekerja di tempat yang memungkinkan ia bisa terus
bertemu dan belajar hal baru. Dengan adanya variasi, otak akan
terus-menerus terstimulasi sehingga tak gampang jenuh. Lebih ideal lagi
jika setiap orang bekerja di bidang yang memang sesuai dengan karakter,
minat, dan bakatnya. Jika senang bicara dan bergaul, sebaiknya Anda
bekerja di bidang yang memungkinkan banyak bertemu orang lain.
Namun dalam kenyataan, kondisi ideal ini sulit dicapai. Banyak orang
bertipe ekstrover (antara lain suka bergaul) memperoleh pekerjaan yang
mengharuskannya berkutat sepanjang hari dengan mesin-mesin industri. Jika
tak pinter-pinter menyiasati, ia gampang dihinggapi rasa jemu.
Untuk mengakalinya, "Orang seperti itu harus pandai-pandai mencari hal
baru di luar pekerjaannya. Kalau libur Sabtu - Minggu, jangan diam di
rumah aja," saran Sylvina. Jadi, harus ada keseimbangan antara urusan
kerja dan aktivitas di luar kerja.
Secara psikologis, masa libur bisa menjadi penyeimbang atas rutinitas
monoton di kantor. Bentuk kegiatan pengisi liburan boleh berupa apa saja
sesuai hobi: olahraga, menonton film, rekreasi, kegiatan sosial,
memancing, atau bahkan sekadar jalan-jalan ke mal. Jika kejenuhan sudah
sampai tahap kritis, ia bisa mengambil cuti selama beberapa hari untuk
berlibur. Saat berlibur, pikiran tentang urusan kerja harus disimpan di
laci.
Menurut Sylvina, jika masa liburan tidak dimanfaatkan untuk kegiatan di
luar urusan kerja, kejenuhan pada minggu sebelumnya bisa terakumulasi pada
minggu berikutnya. Saat Senin tiba, ia malah akan lebih merasa berat
berangkat ke kantor. "I hate Monday!" kata orang Inggris.
Pola pikir baru
Untuk mengubahnya menjadi "I like Monday!", banyak yang bisa Anda tempuh.
Jika memungkinkan, Anda bisa tegas minta tantangan dan tugas baru kepada
bos. Jika hal ini sulit dilakukan, setidaknya Anda bisa menciptakan
suasana baru di tempat kerja. Bentuknya bisa bermacam-macam mulai dari
yang paling sederhana sampai yang sangat ekstrem.
Yang sederhana misalnya mengubah tata letak komputer dan meja kerja, rak
buku, pot tanaman, foto pajangan, hingga wallpaper di monitor komputer.
Jika perlu, ubah-ubah potongan rambut atau penampilan dan gaya Anda
berpakaian. Meski tampak sepele, perubahan-perubahan kecil ini akan
mempengaruhi mood. "Segala hal sebetulnya berpengaruh terhadap kita. Meja
teman kita pun berpengaruh," tandas Sylvina.
Supaya efek perubahan itu nyata, Anda per1u mengimbanginya dengan
perubahan bahasa tubuh. Dalam tinjauan psikologi, bahasa tubuh dan suasana
hati saling mempengaruhi. Seorang karyawan yang sedang jenuh bekerja
biasanya cenderung duduk tidak tegap dengan posisi tulang belakang
bengkok, air muka tak bersemangat, dan tampak lemas.
Hubungan itu bersifat timbal balik. Di dalam bahasa tubuh yang sehat,
terdapat pikiran yang sehat. Artinya, Anda bisa mengubah suasana hati
dengan cara mengubah bahasa tubuh. "Kalau mood kita sedang enggak enak,
senyum aja ke orang lain," kata Sylvina memberi contoh. Secara langsung
ini akan mempengaruhi suasana hati Anda ke arah yang lebih positif.
Jika posisi duduk sudah mulai doyong, itu pertanda Anda harus menegakkan
kembali tulang punggung. Selanjutnya, berusahalah menyelesaikan pekerjaan
sebaik mungkin. Jika hasil kerja buruk, Anda tak beroleh kepuasan kerja
dan makin terbebani dengan tugas kantor. Itu berarti Anda lebih rentan
mengalami kebosanan kerja.
Setelah mengubah penampilan luar, langkah berikutnya mengubah "penampilan"
dalam, yaitu pola pikir seperti yang dilakukan Yuni. Faktor kognitif ini
tak kalah penting dibandingkan dengan perubahan tampilan fisik.
Jika berpikir negatif dan beranggapan bahwa pekerjaan Anda membosankan,
maka Anda pun akan gampang bosan sungguhan. Sebaliknya, jika berpikir
bahwa pekerjaan Anda menyenangkan, maka Anda akan betul-betul menikmati
pekerjaan itu. Meskipun mungkin sulit, secara bertahap Anda bisa belajar
mencintai pekerjaan. Anda bisa mulai dengan cara mencari sisi-sisi positif
dan
pekerjaan.
Seorang akuntan yang pekerjaannya monoton dan tiap hari berurusan dengan
angka-angka pun bisa menemukan banyak sisi positif. Misalnya, dengan
pekerjaannya itu, ia bisa menyelamatkan uang perusahaan atau bahkan uang
negara. Semua pekerjaan punya sisi positif, bahkan termasuk satpam atau
buruh pabrik sekalipun. Dengan bekerja, paling tidak kita bisa berguna
bagi diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Dengan bekerja, kita bisa
berkarya, sekecjl apa pun.
jika pola pikir sudah diubah, bahasa tubuh pun otomatis akan mengikuti.
Sehingga, ketika Anda duduk tegak dan tersenyum kepada rekan kerja atau
bos, bahasa tubuh dan senyuman Anda memang benar-benar keluar dari hati.
Bukan sekadar bermanis muka.
Ciptakan suasana nyaman
Secara alamiah manusia suka berada di dalam kondisi yang nyaman. Ia bosan
dengan sesuatu yang menyenangkan. Suasana nyaman bisa didapatkan dengan
menciptakan kondisi kerja yang gue banget.
Jika Anda suka musik, manfaatkan kegemaran ini. Musik, kata Sylvina, punya
pengaruh positif bagi penikmatnya terhadap ambang batas kejenuhan. Telinga
merupakan pintu masuk yang baik bagi rangsangan energi. Semangat Anda bisa
terus menyala jika mendengarkan "suara bergizi" yang bisa menjadi tonikum
penjaga stamina kerja.
Menurut Sylvina, orang-orang yang bekerja di tempat kedap suara memiliki
ambang batas jenuh yang lebih rendah. Artinya, mereka lebih gampang lelah
dan bosan dengan kerja. "Kalau ada bos atau sekretaris yang minta ruangan
kedap suara, itu keliru. Suasana seperti itu malah bikin cepet capek,"
katanya.
Jika Anda penggemar musik klasik, Anda beruntung. Musik klasik terbukti
menunjukkan pengaruh paling bagus terhadap kesiagaan pikiran di antara
jenis-jenis musik lainnya. Kalaupun bukan penggemar musik klasik, Anda
tetap beruntung sebab "suara bergizi" bisa juga berasal dari musik jenis
lain. Untuk melihat jenis musik yang paling nyaman buat Anda, tentu tak
ada yang lebih tahu kecuali Anda sendiri.
"Suara bergizi" bukan cuma musik, tetapi juga humor atau obrolan ringan
rekan kerja di meja sebelah. Jika Anda bukan pencipta humor yang baik,
paling tidak carilah kawan yang humoris. Lebih bagus lagi, jika dia juga
bisa menjadi tempat curhat sekaligus tempat belajar. Apalagi jika dia mau
menjadi pacar. Amboi! Anda dijamin tak bakal jenuh bekerja.
Selain cara-cara di atas, Anda pun bisa mengatasi kejenuhan kerja dengan
cara belajar dari rekan sekantor yang semangat kerjanya tak pernah kendur.
Aturannya sederhana dan klise: kalau teman Anda bisa, Anda pun bisa.
Saran terakhir, jaga kesehatan. Ini bukan iklan suplemen multivitamin.
Kesehatan tubuh adalah salah satu faktor yang menentukan ambang batas
kejenuhan kerja. Mereka yang stamina fisiknya kuat punya risiko lebih
kecil terhadap kejenuhan. Dalam kaitan inilah, olahraga punya dua fungsi:
rekreasi sekaligus penyehat badan.
Pendek kata, ada banyak hal yang bisa membuat kita jenuh bekerja, tapi ada
lebih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya. Jadilah Yuni
dan jangan contoh Ulung yang tidak sehebat namanya! *
Sumber: KCM - Selasa, 13 Desember 2005